Minggu, 31 Mei 2015

Berharap yang terbaik

 Semenjak mbak ku menikah dengan seseorang yang menurutku nggak sesuai dengan harapan  serta yang diimpikan oleh kedua orangtuaku. Bukannya mau menjelekkan suaminya, tapi memang begitu lah yang terjadi. Iya semenjak itu semua pandangan tentang cowok itu berubah, aku menjadi lebih berhati-hati untuk menjalin hubungan, lebih selektif lagi, lebih untuk nggak terlalu suka banget. Dan semenjak itu juga setiap ketemu sama tante, om, mbah uti selalu di kasih wejangan yang intinya jangan cepet-cepet nikah, kerja dulu aja, entar kalau kamu cepet-cepet nikah kamu malah nggak bisa seneng-seneng dan nikmati masa-masa bebas. Wejangan yang paling sering mbah uti bilangin ke aku itu “nduk kamu habis lulus kuliah jangan langsung nikah ya” kalau udah di bilangin kayak itu aku cuma bisa tersenyum lalu menganggukan kepala yang menandakan jawaban “iya”.
aku sendiri juga nggak menyangka akan berefek sebegitunya sampai keluarga besar aja bilang kayak gitu ke aku, yang nggak kalah seringnya ibu juga selalu ngingetin kalau cari pasangan itu hati-hati jangan karena kamu suka atau cinta terus iya iya aja diajak nikah, karena kalau sudah ke hal yang namanya nikah itu bakal kompleks masalahnya kalau akan pisah dan pula akan membawa-bawa nama keluarga besar. Sampai sekarang saja aku nggak ngerti kenapa mba pingin cepet-cepet nikah dan milih dia untuk menjadi pasangannya, apa itu namanya jodoh? atau itu semua sudah ditakdirkan? tapi bukannya kita bisa mengubah takdir kita sendiri, seperti contoh menghindari terantuk dari batu, atau memilih makanan pedas atau asin agar tidak terkena sakit, semua adalah pilihan dari takdir bukan?
sekarang sih aku cuma bisa berdoa semoga di beri yang terbaik aja buat mba ku ini.