Sabtu, 27 Desember 2014

Pesan Ibu 。◕‿◕。

           Ibu selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk tidak terlalu cepat untuk menikah. kalau kamu sudah menikah nanti kamu akan dipenuhi dengan berbagai tanggung jawab sehingga kamu enggak punya waktu untuk diri sendiri karena kamu sudah harus membagi- bagi waktu untuk semuanya. "Jadi besok kalau sudah lulus kuliah, cari kerjaan terus bahagian diri mu dengan berbagai kegiatan yang kamu inginkan dan jangan mikirin untuk cepet-cepet menikah, kayak ibu ini sudah pernah ngerasain gimana dunia kerja, gimana bisa pergi dengan bebas sama teman-teman tanpa harus mikirin rumah terlebih suami" ucap ibu. Dan aku cuma bisa jawab "iya bu, aku nggak akan cepet-cepet pingin nikah toh aku yo masih pingin kerja terus pergi jalan-jalan". "iya gitu, jangan kayak mbamu yang pingin cepet-cepet nikah jadi kayak gitu kan?" tambah ibu lagi. "iya bu, aku juga nggak pingin kayak gitu. aku pingin pas nikah itu bahagia, nggak tertekan kayak mba" jawabku kembali.
Aku juga nggak habis pikir kenapa mba begitu pingin cepet-cepet nikah, padahal ibu sama bapak ya nggak menyuruh mba buat cepet-cepet nikah, tapi entah lah mungkin karena niat awalnya mba mau mengurangi beban ibu sama bapak. Tapi ternyata setelah menikah justru kebalikannya, mba jadi nambahin beban ibu sama bapak dan suami mba juga belum dapat pekerjaan tetap sehinggan suami mba masih minta uang buat nambahin biaya keperluan rumah tangganya walau minta uangnya ke orang tua suami mba. serta ditambah lagi suami mba meneruskan kuliah dan nggak bisa bagi waktu saat mengerjakan tugas kuliah, waktu untuk kuliah, waktu untuk keluarga sehingga semuanya jadi berantakan mba dan suaminya suka berantem. Lalu suami mba juga terlalu memetingkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga semua pekerjaan rumah kayak beresin rumah, masak buat sarapan, cuci piring,dan lain sebagainnya mba yang ngerjain terlebih sekarang mba punya anak sampai yang ngurus anak itu mba. Suami mba itu terlalu apatis, dan nggak mikirin gimana perasaan mba. Lalu mba juga nggak nurut-nurut aja sama suaminya, iya sih seorang istri itu harus nurut sama suaminya, tapi kan kayak gitu juga. Terus yang lebih parahnya lagi mba terlalu manjain suaminya, kalau suami dinasehatin sama ibu atau disalahani sama adek dan suaminya mba nggak terima pasti suami mba bakal ngadu ke mba. Aku aja kalau kayak gitu, pasti nggak tahan dan mending tinggal pergi aja. Itu belum seberapa, yang lebih parah lagi saat kita kumpul keluarga besar di yogja lalu diminta untuk menginep dua malam, suami mba nggak mau dan minta pulang aja padahal anaknya lagi seneng-senengnya buat kumpul sama saudara-saudara jauhnya. Sampai di nasehatin ibu sama bapak aja, suami mba jawabnya senggak, angkuh, sok. Jadi tante, om , mbah, kesel dan marah sama suami mba. Padahal juga mba juga masih pingin kumpul sama saudara-saudara, tapi suami mba tetep aja minta pulang.
Gara- gara itu, keluarga besar pada nggak seneng sama suami mba yang angkuh, sombong, egois, nggak ada penilaian positif-positif di mata keluarga.
"Lul, kamu denger omongan ibu tadi kan?" ucapan ibu mengagetkan ku "aaaaa, iya bu aku denger kok" jawab ku dengan setengah kaget. "Pesan ibu bakal aku inget terus, aku nggak akan cepet-cepet nikah, dan aku juga akan berhati- hati dalam memilih pendamping seumur hidupku, imamku dan aku nggak mau kayak mbaku" ucapku dalam hati.