Jumat, 27 April 2018

Tentang Dianya Kamu, Part I


Dia yang selalu kamu cerita kan setiap saat, kamu gak pernah ada kehabisan pembahasan tentang dia. Dia orang yang gak pernah kamu bayangkan akan menjadi pendamping hidupmu. Walaupun selama perjalanan menuju sana, selalu aja cobaan, halang rintangan, tapi selalu aja kalian bisa lewati.
Walau aku gak kenal dekat sama dia, dan kita jarang ketemu langsung, aku tetep mengenal dia dari semua cerita - cerita kamu tentang dia. Mulai dari awal kalian ketemu dan kenalan disaat ujian Sekolah , sampai pada akhirnya kalian jadian atau bisa dibilang kalian pacaran. Kalian pacaran cukup lama sampai dia lulus SMA dan melanjutkan kuliah teknik di solo kalian masih tetep pacaran. Walau kalian saat itu ldr, dia selalu berusaha buat balik ke kota asal untuk ketemu sama kamu, dan dia gk pernah absen buat sms serta telpon kamu. Tanpa terasa, sudah satu tahun kalian ldr semenjak dia kuliah disolo, kamu pun juga sudah akan lulus dari SMA, dan kamu berniat untuk melanjutkan kuliah disolo saja biar dekat sama dia. Kamu memilih universitas swasta islam yang terbagus disolo, dan kamu ambil jurusan psikologi. Walaupun universitas kamu dan dia beda, tapi itu tidak jadi masalah karena kalian masih tetap bisa ketemu, di luar jam kuliah atau masih bisa makan malam bareng, nonton bioskop bareng, atau nonton konser bareng.
Akhirnya kamu masuk dunia perkuliahan, aku pun bertemu dengan kamu dan ternyata kita satu kelompok ospek. Dari sana lah aku mulai kenal dan dekat sama kamu, kamu yang saat itu masih diantar jemput sama masmu, kamu yang jadi penyelamat satu tim kita saat bikin tas ospek. Kita ospek selama satu minggu, setelah ospek selesai kita diberi pengumuman oleh kakak-kakak tingkat , tentang kita semua masuk kedalam kelas apa dan pembimbing akademik kita siapa atau dulu kalau jaman sekolah itu namnaya wali murid. Tanpa disangka aku dan kamu masuk dikelas yang sama, dan kita makin tambah dekat, kamu yang selalu ngajak aku buat nemenin kemana-mana.
Awal semester, berjalan seperti biasaya tidak ada kendala yang terlalu banget lah, sampai pada akhirnya di semester 2 itu mulai ada beberapa teman yang deketin kamu, saat itu aku masih belum tau kalau kamu sudah punya pacar. Jadi aku anggapnya biasa aja, kalau aku ingat-ingat setiap semester ada aja teman kita yang berusaha mendekati kamu. Kamu pun menanggapi semua perhatian teman-teman kita ini. Aku inget banget ada satu teman kita yang namanya kiran, yang ngotot banget buat jalan sama kamu, padahal teman-teman satu organisasi kurang setuju kalau kiran jalan sama kamu. Sebenarnya kamu tau respon teman-teman kiran itu kayak gimana tentang kedekatan kalian dan kamu juga berusaha jelasin ke kiran tapi sayangnya kiran gak mau tau tentang respon teman-temanya. Dari sana lah kamu mulai cerita kalau kamu bingung dengan sikap kiran seperti itu dan pacar kamu yang sudah kembali bisa hubungin kamu lagi,, dari sana lah aku baru tau ternyata kamu selama ini udah punya pacar dan kalian pacaran dari SMA. Setelah aku mengetahui semuanya, aku berusaha buat nasihatin kamu dan beri saran untuk jauhin kiran tapi sayangnya aku telat kasih taunya atau emang kamunya gak mau ngikutin saranku itu, terlebih kamu sudah terlanjur sayang sama dia, kamu juga terlanjur sudah kasih perhatian lebih ke kiran, kamu juga terlanjur tau beberapa kisah hidup nya kiran, dan itu menjadi penyebab kamu gak bisa ninggalin kiran. Pada akhirnya kalian pun makin dekat sangat dekat. Aku kurang tahu persis apa kalian sudah jadian atau belum, yang aku tau kalian jadi sering jalan bareng, nonton bareng dan makan malam selalu bareng. Terus gimana dengan dia? Iya dia nya kamu itu kebetulan lagi masa sibuk-sibuknya ngerjain banyak tugas kuliah, jadi dia bisa dibilang agak susah buat ngajakin kamu jalan bareng atau makan malam bareng.
Pada suatu ketika, kiran menyampaikan kalau dia ingin ikut mendaftar menjadi abdi negara, disana kamu pun sedikit kecewa, disini bukan berarti kecewa bakal tinggal atau gimana tapi kecewa karena kiran seakan dia kuliah disini itu untuk main-main. Walaupun kita baru masuk kuliah di tahun ke 2, tapi tetap aja rasanya sayang aja, dengan biaya yang udah dikeluarin buat daftar, aku rasa itu yang kamu pikirkan. Sebagai orang yang sedang dengan kiran, kamu pun mendukung kiran, walau setengah hati. Buktinya pada awal kiran minta kamu temenin ke semarang buat lihat hasil tesnya aja, kamu menolaknya mentah-mentah. Tapi jangan salah karena kiran itu kreatif, akhirnya kiran bisa mengajak kamu sampai kesemarang, ya walaupun awalnya dia bilangnya minta temenin ke suatu tempat, padahal aslinya mau mengajak kamu kesemarang, kamu semacam kena jebakan batman. Singkat cerita kiran lolos dan akan mengikuti tes kesehatan, namun sayangnya sebelum kiran mengikuti tes kesehatan kiran punya masalah dengan orang dirumah, karena kiran sangat kesal, akhirnya dia pun merokok di salah satu tempat makan dan ditemani oleh kamu, dia dan kamu berada disana hampir seharian dan hampir seharian pula dia ngerokok disana. Kamu juga sudah berusaha untuk mencegah kiran untuk supaya berhenti merokok, tapi sayangnya gak di dengar oleh kiran. Seminggu sebelum tes kesehatan, kiran sudah berhenti merokok, biar hasil tes kesehatan itu kiran bebas dari rokok dan dia lolos. Tapi pada dasarnya teori kiran itu salah, meskipun dia sudah berhenti selama minggu pun, itu akan keliatan di hasil tes kesehatan, karena apa? Iya karena itu saat di rontgen bagian paru-paru disana akan terlihat pasien atau orang ini seorang perokok atau tidak. Dan benar saja setelah kiran selesai melakukan tes kesehatan, kiran gak lolos karena hasinya menyebutkan dia perokok, setelah kiran tahu hasilnya itu, amarah kiran makin jadi, sehingga membuat dia lebih ngerokok dan minum. Miris sih dengarnya, kamu juga udah berusaha buat menyuruh kiran untuk berhenti dua-duanya, dan memberi masukan ini itu untu kiran, namun tampaknya gak terlalu di dengar olehnya. Setelah kejadian itu, kiran jadi jarang masuk kuliah dan jarang terlihat di kampus juga. Usut punya usut kiran cuti kuliah di semester 3, lalu kamu pun sudah lost contact dengan kiran. Nampaknya kiran ganti nomor telepon.
Setelah semua kejadian itu semua, kamu dan aku mulai disibukan dengan berbagai tugas-tugas kuliah, presentasi, praktikum, cari anak balita buat dijadiin subyek praktikum, cari orang buat sumber interview, sampai  survei ke RSJ buat tugas kuliah, dan masih banyak lagi. Mungkin karena kita sudah sibuk, jadi kamu dan aku sudah lupa akan keadaan kiran, ya walau sesekali kamu masih tanya tentang kiran ke aku, tapi ya karena aku gak tau mau jawab apa, yaudah aku ledekin aja kamu “ Ciee yang kangen sama kiran, yaudah gih tanya sama teman organisasinya” sambil aku cekikikan.
Sampai pada suatu ketika saat kita semester 5, dia kasih kabar ke kamu kalau dia mau mengundurkan diri dari perkulihan ke sekolah abdi negara, dengan alasan yang kurang lebih seperti ini “dek,aku mau kasih kabar sama kamu, kalau aku mau mengundurka diri dari universitas dan perkulihan disolo, aku mau coba daftar ke sekolah abdi negara...” belum sempat dia menjelaskan, kamu yang masih sedikit syok mencoba bertanya kenapa alasan dia ingin pinda “lah kenapa kamu pindah, kamu apa gak sayang pindah di semester 7? Apalagi kamu mau ambil skripsi toh? Udah kamu pikirin lagi? Terus bapak ibu gimana? Kamu apa gak eman-eman, bentar lagi selesai , apa kam..” belum sempat kamu menyelesaikan banyak pertanyaan, dia sudah menyela lalu mencoba menjelaskan “iya dek, aku tau maksud kamu tapi gini ya aku jelasin, kalau lulus dari kuliah dan jadi sarjana teknik, apa aku langsung dapat kerjaan?, ndak kan? Kalau aku daftar di sekolah abdi negara, itu setelah lulus aku akan langsung di tempatkan dan aku sudah resmi jadi pegawai sana.” Kamupun sambil menghela napas lalu berkata dengan nada sedikit tinggi dan kecewa “iya... tapi kan, kamu harus ulang lagi dari awal, terus sekarang umurmu berapa?terus kamu sekolah disana berapa lama, terus kamu akan di tempatkan tugas umur berapa? Terus....”kamu pun gak sanggup buat nyelesaikan kata-katamu. “iya aku tau apa yang kamu khawatirkan dek, aku juga sudah mikirkan matang-matang, dan bapak ibu juga sama kayak kamu ini kurang setuju sama keputusanku ini, setelah aku jelasin panjang lebar, akhirnya bapak ibu setuju dan terserah sama keputusanku. Jadi  aku mohon dek, kamu harus yakin, percaya dan dukung untuk keputusan aku ini, cuman kamu satu-satunya penyemangat aku buat lanjut sekolah disana. Aku tau, apa yang kamu khawatirin, nanti setelah keterima aku akan giat belajar, mengikuti banyak kegiatan dan aku janji, aku bakal cepat selesai sekolahnya demi kamu dek” kamu pun udah gak tau lagi mau ngomong apa lagi, hanya kata ini yang terucap “terus aku mau tinggal lagi?kamu gak mikirin perasaanku gimana saat di tingga kamu dulu waktu kuliah disolo?”kamu bilang itu dengan nada yang putus asa. “iya aku tau perasaan kamu dek, tapi untuk kali ini aja, kamu percaya sama aku akan selalu ada didekat kamu setelah aku lulus dari sekolah abdi negara, aku janji aku gak pergi-pergi lagi, aku janji, aku mohon buat percaya sama aku sekali ini aja”. Setelah percakapan panjang lebar, kamu pun mensetujui keputusan dia buat pindah ke sekolah abdi negara di bulan Desember.
Dia pun pergi ke banyuwangi untuk mendaftar sekolah, alhamdulillahnya dia keterima sekolah sana. Itu artinya kamu ldr an lagi sama dia. Gak lama dia sekolah disana, kamu jadi sering harus bolak-balik solo, karena bapaknya dia sakit parah, kamu pun segera memberi kabar kalau ke dia kalau bapak lagi sakit, jadi mau tidak mau dia harus ijin dari sekolah untuk pulang kerumah, soalnya bapak selalu menyebut nama dia terus. Akhirnya dia pulang kerumah, dan bapak memberikan pesan  kepada dia untuk segera menyelesaikan sekolahnya, lalu segera menikah dengan kamu, mumpung bapak masih bisa melihat serta menyaksikan kalian berdua menikah, saat mendengar pesan bapak kamu juga ada disana, dan kamu tanpa sadar meneteskan air mata.
Namun sayang, dia belum sempat melaksakan keinginan bapak, bapak sudah dipanggil sama yang maha kuasa. Sama halnya dengan  kamu, kamu gak kalah  sedihnya saat bapak pergi untuk selama-lamanya, dimana saat bapak pergi kamu ada disana, dan dia sudah balik ke banyuwangi, jadi setelah dia tau kabar bapak udah pergi akhirnya dia ijin lagi untuk pulang kerumahnya. Ditinggal bapak untuk selama-lamanya menjadi pukulan terberat buat dia, karena dia belum bisa memenuhi keinginan bapak karena dia belum selesai sekolah dan harus ditugaskan satu tahun dulu di bandung, baru dia diberi ijin oleh dinas untuk menikah dengan kamu. Hari-hari dia setelah di tinggal bapak, jadi makin berat dan makin banyak yang dipikirkan, apalagi tentang nasibnya kamu. Iya kamu selalu setia menunggu dia, saat dia ambil keputusan untuk kuliah di solo lalu ambil jurusan teknik, kamu yang selalu dengan sabar nunggu balasan sms atau kabar dia, kamu yang selalu gembira saat dia pulkam dan mengajak kamu untuk makan bareng atau jalan bareng, kamu yang selalu siap dengerin semua keluh kesahnya dia baik itu saat dia kuliah tenik ataupun saat dia sekolah di abdi negara. Kamu yang selalu ada buat dia, di saat suka maupun duka. Iya kamu segala-galanya buat dia.
Tapi sayangnya dia gak tau sebenarnya yang di rasakan, saat dia menceritakan keluh kesahnya ke kamu. Yang kamu rasakan itu banyak kekhawatiran, serta gak sanggup untuk mendengarkan kelanjutan cerita dari dia, karena dia mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh kakak kelasnya atau dengar cerita saat dia udah gak sanggup buat push up 100 kali, tapi dia harus menyelesaikan itu, supaya tidak mendapatkan hukuman lebih banyak lagi. Apalagi semenjak disana dia gak bisa selalu hubungin kamu, karena handphone ditinggal di loker kamar atau disita selama jam pelajaran , dan baru dikembalikan saat malam hari. Terus terakhir kamu liat dia saat di pemakaman bapak, dia jadi makin kurus, makin gelap kulitnya, karena lari-lari di siang hari atau push up atau skot jam dan lain sebagainya. Dia gak tau saat kamu mendengarkan ceritanya ada satu kata yang ingin ucapkan yaitu “Cukup”, karena kamu sudah gak sanggup buat dengerin lagi cerita dia, tapi rasanya kamu lebih gak sanggup lagi buat ucapkan kata itu, soalnya siapa lagi orang akan mendengar dengan setia semua cerita-cerita selain kamu. Jadi kamu mencoba menata hati, pikiran, supaya gak kelepasan ucapin kata itu dan buat diri kamu sendiri untuk kedepannya kalau kalian menikah.
Kurang lebih 2 tahun dia sekolah disana, dan di tugaskan di bandung selama 1 tahun di bandung, saat di masa tugasnya itu dia mencari-cari informasi gimana sistem pendaftaran mengajukan ijin nikah, dan ternyata dia bisa segera menikah dengan kamu, ya walau dengan banyak persyaratan yang harus dilalui oleh calon pengantin pria maupun wanita. Kamu pun melalui semua persyaratan itu, mulai dari surat permohonan izin nikah yang akan diurus oleh dia kantor, surat keterangan calon istri yang di tandatangani diatas materai 6000 oleh calon istri yang diketahui oleh aparat desa, surat persetujuan orangtua atau wali calon istri, surat keterangan belum menikah dari KUA setempat, medical check up, dan banyak lagi. Kamu dan dia menyiapkan semua berkas itu secara bersama-sama, serta melakukan medical check up bersama di RS yang sama pula. Setelah semua berkas selesai dan medica check up hasilnya sudah keluar, kalian pun melakukan pernikahan secara kedinasan di bandung. Walaupun pernikahan kalian sudah tidak dapat di saksikan oleh bapaknya dia, tapi kalian yakin bapak tetap bisa menyaksikan di atas sana, dan kalian juga sudah saatnya mengesahkan hubungan yang telah lama ini serta kalian juga sudah tidak merasa saling cocok, sudah saling ketergantungan satu sama lain.
Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah, dan selamat karena kalian bisa melewati berbagai macam cobaan bersama-sama, saling mengkuatkan satu sama lain. Terus semoga kalian melewati segala cobaan nanti setelah nikah secara bersama-sama ya. kalau kata pujangga, cintai dia seujung kuku saja. Yang walau hari ini di potong, esok akan tetap tumbuh lagi, hahaha aku habis baru baca artikel gitu, ya yang intinya semoga cinta kalian berdua sama kayak gitu, walau di timpa banyak masalah ini itu justru esoknya itu akan membuat cinta kalian makin tumbuh lagi dan lagi tidak ada habisnya. hehehe lebay amat gw nulisnya